Monday, December 24, 2018

Nenek Kristen yang Muslimah

  No comments

Ibuku pernah ngobrol dengan seorang nenek Kristen tapi selalu berpakaian seperti muslimah, berjilbab, baju panjang, pokoknya kalo liat pasti ngiranya nenek ini muslimah taat. Waktu itu mereka ketemu di sebuah toko, si nenek dengan panampilan muslimahnya membeli perlengkapan untuk perayaan natal. Ibuku heran, muslimah banget gitu lo tapi belinya perlengkapan buat ngerayain natal.
Akhirnya ditanya sama ibuku, kenapa nenek ini beli perlengkapan natal itu padahal penampilan udah kaya mamah dedeh. Nenek itu bilang kalo dulu dia memang muslimah, tapi sekarang jadi Kristen karena dipaksa sama anak-anaknya. What the… ibuku kaget, dipaksa gimana Tanya ibuku.

Nenek itu cerita kalo anak-anaknya semua pindah agama, akhirnya mereka maksa dia untuk ikut agama mereka. Awalnya nenek itu gak mau tapi dia dianiaya sama anak-anaknya sendiri, diancam kalo gamau pindah ga bakal diurus dan diakui sebagai ibu. Akhirnya terpaksa nenek ini pindah agama.

Ibuku bilang kenapa ga lapor polisi kalo sampe dianiaya dan diancam. Si nenek bilang dia gak tega kalo anaknya nanti dipenjara. Nenek itu nangis dihadapan ibuku sambil cerita kalo dia tiap hari mohon ampun sama Allah, dia nanya apa gusti Allah mau mengampuni apa gak. Dia juga cerita diam-diam masih salat kalo ga keliatan anak-anaknya, tapi kalo ada anak-anaknya ya dia ga salat. Dia bilang rutin pergi ke gereja tapi hatinya menangis, dia terpaksa.

Dimomen hari ibu ini aku denger cerita ini kok sedih, tega-teganya anak-anaknya itu maksa ibunya. Ya walaupun ibunya gamau ikut keyakinan mereka harusnya itu hak ibunya lah, ga boleh dipaksa. Mereka mau pindah agama pun hak mereka, tapi berbuat jahat sama ibu itu saya yakin adalah dosa besar di agama manapun. Kalo ada agama yang membenarkan berbuat kasar dan jahat kepada ibu saya yakin agama itu layak untuk ditinggalkan.

Seharusnya apapun keyakinan yang dianut oleh ibu kita, tetap dia berhak mendapat perlakuan takzim penuh hormat dari anak. Walaupun aku ga tau nenek yang mana, anak-anaknya yang mana, tapi aku doakan semoga Allah tolong nenek itu, semoga Allah kasih hidayah untuk anak-anaknya agar  berlaku baik kepada ibunya, semoga nenek itu bisa bebas menjalankan lagi apa yang dia yakini.

Monday, November 5, 2018

Belum Ada Bahasa

  No comments

Tempo hari aku bertemu dengan orang lama yang dulu kita saling suka, tapi terpisah hilang komunikasi sangat lama. Ia berkata sekarang ia sudah bersuami, seketika kemudian perasaanku 

@&$%$^#*)(*&^%$#@@#$$%$&$$)**$^%$^#&#^$*(*&*&&&$#@!!!**&@%$()^%%%*#$*&_+)$%#%@((@#%%{}}}{{][9836[[]\’’;.,//.,!!@$%$(08////????>>,<,,..,$$^#(*@)$%#25**@@$($^@$@*&(@%@#(*5%%)$)#%(#**)(*#%_)(_+(*#%#$|}{&^52576574[][[[65*&789((@&@%$^@#(*&@)

Begitulah, belum ada bahasa yang mampu mengungkapnya. Tapi setelah 3 menit semua kembali biasa.

Friday, April 20, 2018

Dengan Dia Dosa Terasa Biasa

  1 comment

Kita pernah memiliki dia yang dengannya dosa terasa tidak apa-apa, biasa saja tak terasa.
Entah siapapun dia nya, bisa sahabat atau pacar atau saudara. Dengan dia rasanya apapun boleh saja, yang penting kita suka kita bahagia. Salah? Memang, tapi terserahlah dengan dia kita bahagia.
Tak ada batas kecuali rasa, kalau rasa suka rasa bahagia, apapun tidak apa-apa, termasuk dosa.
Sampai pada satu titik kita sadar, yang begini gak bisa selamanya.
Sampai pada satu titik kita menjadi dewasa, entah dewasa bersama dia atau sendiri saja.
Sampai titik ini kita akan mencari dia yang lain, yang dengannya kita bahagia, tapi dosa tidak lagi tidak apa-apa.
Tidak selalu perlu dia yang lain memang, asal mendewasa berdua.
Ah sudahlah, saya mau mencari dia dulu.

Foto tidak merepresentasikan tulisan, saya cuma asal taruh foto aja.

Saturday, April 7, 2018

Menjadi Tersangka Pembid'ah

  No comments
Suatu hari seorang ustadz berkata didepan jamaahnya agar jangan mudah membid'ahkan orang, kalau-kalau melawan arus, berat.
Dari bagaimana cara dia menyampaikan dan kalimat yang dipakai dan lain sebagainya orang-orang tau itu untuk siapa, saya juga tau, itu untuk saya.
Saya datangi ustadz tersebut untuk tabayun dan klarifikasi, kapan saya pernah membid'ahkan amaliah orang lain. Pak ustadz cuma bilang "nanti kita bahas" saya desak lagi, bilang begitu lagi. Akhirnya saya tunggu tapi pembahasan itu gak pernah terjadi.
Saya tanya orang yang hadir pas dia bilang begitu, dimana salah saya, semua yang saya tanya memberi jawaban mereka tidak pernah mendengar saya membid'ahkan amaliah mereka dan orang lain, malah saya jadi pembela ketika amaliah mereka dibid'ahkan orang lain dengan menyampaikan dalil dari Al Quran dan hadits.
Ada apa pak ustadz?
Kenapa mudahnya anda menuduh saya?
Dan kenapa ketika saya ingin tabayun anda menghindar?
Anda tuduh saya dihadapan jamaah sebagai pemuda pembid'ah, itu berat pak.
Saya tegaskan, amaliah siapapun yang tidak bertentangan dengan sunnah nabi tak pernah saya bid'ahkan, sekalipun berbeda dengan amaliah saya, saya toleran dengan perbedaan selama masih dalam koridor sunnah. Lain hal kalo anda katakan rukun islam ada selusin saya akan tegas katakan itu bid'ah.
Jangan suka menuduh tanpa bukti, berat, kamu gak akan kuat

Saya buat tulisan ini bukan untuk menjelekkan pihak tertentu, saya hanya ingin klarifikasi, barangkali ada jamaah yang hadir baca, karena hanya beberapa yang sempat saya ajak bicara.

Saturday, March 31, 2018

Kamu dan Gorengan yang Sisa Satu

  No comments

Gorengan, hari itu aku menghadiri tahlilan, setelah semua ritual seperti biasa acara makan. Satu persatu gorengan kami makan, sampe sisa satu. Aku mau tapi malu, dia juga mau tapi malu. Walaupun piringnya lebih dekat denganku.
Pada akhirnya dia berhasil melawan malu, dia dapat gorengan yang tinggal satu. Iya cuma satu itu, gak ada gorengan lain lagi. Aku menyesal tapi gorengan sudah berlalu, aku malu lagi, kali ini pada diri sendiri, kenapa kalah dengan rasa malu.
Kamu, kamu juga begitu, aku menyesalimu. Aku dan dia sama, sama punya peluang untuk mendapatkan kamu. Tapi aku malu, terlalu malu memberitahumu kalau aku mau.
Dia, dia tak sepertiku, dia mampu melawan malu. Dia mampu memberitahumu, dan sialnya kamu mau.
Kalian, kalian menikah.
Aku, aku belajar, belajar melawan malu ketika mau.
Kamu dan gorengan yang sisa satu, aku menyesal aku malu.
Kamu dan gorengan yang sisa satu, dulu kalian lebih dekat denganku.
Kamu dan gorengan yang sisa satu, penyesalan besarku.
Kamu dan gorengan yang sisa satu, aku rindu.
Kalo

Monday, March 12, 2018

Surat Untuk Kawan

  No comments

Kawan
Aku tidak tau kalian masih ingat denganku atau tidak, tapi aku tidak lupa
Kawan
Mungkin sudah terlalu lama kita tidak bersua, mungkin memori tentang kita mulai sirna
Kawan
Dulu kita bersama seperti akan selamanya, tak pernah ada rencana pisah tapi sekarang itulah realitanya
Kawan
Semua yang kita lalui sama-sama aku pasti simpan untuk cerita kepada anak cucu nanti, bahwa kalianlah yang menolong aku dari kesepian masa muda
Kawan
Aku tidak tau kapan ada kesempatan kita kumpul lagi, bahkan sebagian dari kalian aku tak tau ada dimana
Tapi barangkali kita tak bisa kumpul lagi di dunia, semoga kita kumpul di surga
Doaku untuk kalian selalu, semoga selalu takwa
Semoga jalan apapun yang kalian pilih adalah jalan menuju ridho-Nya
Kuharap doa kalian untukku juga
Terimakasih kawan, aku berharap surat ini bisa kalian baca, tapi kalaupun tidak sampai ke kalian tak apa
Paling tidak aku sudah berusaha
Kalaupun surat ini tak sampai tapi doaku pasti sampai, Tuhan maha mendengar segala doa
Terimakasih kawan, sudah dulu, maaf aku tak pandai menulis kata, ini saja yang aku bisa
*Teruntuk semua kawan dari sd sampai kuliah dan semua kawan yang aku dapat di berbagai kegiatan yang sebagian dari kalian aku tak tau sekarang dimana

Monday, January 8, 2018