Saturday, February 11, 2017

What If

  No comments

Bagaimana jika Allah membuatmu menangis untuk mengajarimu bagaimana menghibur mereka yang sedang bersedih.
Bagaimana jika Allah menjatuhkanmu untuk mengajari bagaimana cara bangkit dan menjadi kuat.
Bagaimana jika Allah membuatmu menunggu untuk mengajarimu kesabaran.
Bagaimana jika Allah ingin memberimu anugrah Dia bersihkan dulu dosa-dosamu, dengan sakit, dengan cobaan.
Bagaimana jika kamu tidak tau cara-cara Allah dan terus mengeluh?

Sunday, February 5, 2017

Memoruzzle

  No comments
Orang baru datang bukan untuk menggantikan posisi yang lama, ia datang untuk melengkapi lagi satu potongan puzzle yang kurang dalam hidupmu.
Seseorang bisa datang dan pergi sesukanya, kemudian kamu bingung bagaimana mencari penggantinya. Tidak perlu dicari penggantinya, biarkan ia yang pergi tetap pada tempatnya. Bagaimanapun dia pernah ada untuk menjadi salah satu bagian puzzle hidupmu, yang tanpa kehadirannya mungkin menyisakan lubang yang menganga. Biarkan dia tetap ditempatnya merangkai puzzle-puzzle memori, sekedar untuk dikenang sendiri, atau untuk diceritakan dihari tua.
Silahkan bersedih, mau selamanya juga tidak apa-apa. Tapi sedih yang berakhlak, sedih tapi tetep biasa aja, sedih tapi dalam hati aja, sedih tapi tetap jalan apa adanya. Tidak perlu sampai terdiam terlalu lama, terpuruk terlalu dalam, dan semua terlalu yang lain.
Kemudia pada saatnya akan datang orang baru, bukan untuk menggantikan, tapi untuk melengkapi satu potong lagi puzzle memori. Jelas karena ia berbeda, tidak akan cocok diletakkan ditempat yang sama, seperti setiap puzzle yang punya letak masing-masing, setiap potong saling melengkapi bukan saling mengganti. Jalani saja seperti biasa, kemudian lupa atau terus sampai tua.

Saturday, February 4, 2017

Menulis

  2 comments

Aku ingin menulis, untukmu
Sekedar sedikit memberi semangat
Karena seringkali aku tak mampu berkata, lewat suara
Aku selalu ingin setidaknya menyemangati, tapi selalu takut bicara
Maka, aku ingin menulis
Menulis untukmu
Agar setidaknya kamu tau
Aku juga rasa yang kamu rasa, dalam persfektifku tentunya
Bukan, bukan
Aku tidak tau kenapa menulis bukan
Cuma ingin bilang bukan, barangkali kamu salah sangka
Sudahlah, aku hanya ingin menulis
Untukmu
Tapi bahkan lewat tulisan, aku masih takut
Aku masih tidak tau
Bagaimana supaya kamu tau
Sial
Bahkan lewat tulisan, yang bisa bebas diedit
Aku masih tidak tau
Bagaimana supaya kamu tau
Aku peduli
Ahh
Bahkan menulis pun aku masih mengeradau
Aku masih tidak tau
Apakah kamu tau?